Muammar Qaddafi: “Konflik Syiah dan Sunni rencana kolonial”
Muammar Qaddafi di kota Aghadis dalam acara memperingati kelahiran Rasulullah saw mengatakan: “Konflik Syiah dan Sunni merupakan rencana negara-negara kolonial. Semua harus mewaspadai itu”.
Media-media Tripoli meringkas pidato Qaddafi pada deadline mereka: “Klaim yang menyebutkan bahwa orang-orang Persi adalah Syiah dan Arab adalah Sunni secara substansial sangat salah. Usaha menunjukkan konflik sesuai dengan tujuan khusus negara-negara kolonial”.
Qaddafi berkata: “Saat ini, kaum muslimin dituduh sebagai penyebar kekerasan dan teror. Padahal kaum muslimin adalah umat yang sangat toleran, meyakini Nabi yang lain juga bahkan menghormati agama lain. Namun, Barat menuduh umat Islam pelaku kekerasan. Mereka tidak mengakuinya sebagai Nabi bahkan mereka melakukan aksi dengan memuat karikatur yang menghina Nabi Muhammad saw”.
“Saat ini, Islam menghadapi masalah yang berat dan kita harus membuktikan bahwa Islam adalah agama penutup dan rahmat. Jangan takut dibilang kita fanatik. Untuk membela akidah dan agama, kita menghadapi mereka, sehingga tekanan dan kemunduran yang menghantui para pemimpin Arab dapat dimusnahkan”.
Menurut berita dari koran Jomhouri eslami, Qaddafi melanjutkan: “Saat ini, kawasan timur Tengah telah terpecah belah. Para pemerintah tidak lagi berfungsi dengan baik dan tidak memikirkan lagi rakyatnya. Mereka membagi Islam dengan Syiah dan Sunni. Bahkan presiden Amerika juga mempergunakan istilah ini dan memanfaatkannya dari sana”.
Ia menambahkan: “Amerika dan Barat mengadu domba Iran dan Arab, Syiah dan Sunni. Semua ini manfaatnya tidak kembali kepada kita tapi kepada pemerintah kolonial”. Dengan nada bertanya ia mengatakan: “Siapa yang mengatakan bahwa Syiah berarti persia dan Sunni berarti Arab? Pemerintah Syiah pertama adalah Daulah Fathimiyah di utara Afrika. Pemerintah yang dinisbatkan kepada Fathimah az-Zahra as. Bahkan universitas al-Azhar namanya merupakan kata turunan dari Fathimah az-Zahra as. Orang-orang menyebutkan bahwa Syiah di Iran dan Syiah berarti persi, sementara orang-orang Sunni adalah Arab. Ini sebuah kebohongan. Adat yang berlaku di Afrika Utara semuanya Syiah”.
Katanya: “Tidak ada orang yang ragu bahwa Ahlul Bait paling layak untuk memerintah kaum muslimin. Namun, musuh ingin ada konflik internal. Pertikaian Syiah dan Sunni buatan para penjajah dan rezim Zionis”. Menurut kantor berita IRNA Qaddafi menambahkan: “Syiah tidak hanya ada di Iran. Afrika utara juga Syiah. Kami akan mendirikan daulah Fathimah II di Afrika utara. Jati diri kami adalah Fathimah. Orang-orang Arab, Barbar, kelompok-kelompok kiri dan kanan, kelompok takfiriyah, kelompok pelaku kekerasan dan semuanya akan lebur dalam sebuah jati diri yang satu, Fathimah”.
Himbaunya: “Kepada semua negara-negara yang dahulunya berada di kawasan kekuasaan daulah Fathimah I, kami ingin negara-negara yang ada sekarang untuk bersatu dan kita bangun kembali daulah Fathimah II”. Menurutnya: “Perselisihan sejarah tidak boleh masuk dalam politik. Karena musuh memanfaatkan hal ini. Berdasarkan kesamaan hati, semua Arab dan seluruh kaum muslimin kami bersama Ali. Itu artinya semua Arab Syiah. Bila Syiah berarti punya kesamaan perasaan dengan Ali, maka kita semua Arab adalah Syiah. Kami bersama Fathimah. Artinya, kami Syiah Fathimah Ali dan Fathimah. Semua orang-orang Arab dan kaum muslimin adalah Syiah Ali. Bila pengikut Ali adalah Syiah, maka kita semua adalah Syiah. Ini sebuah kenyataan dan budaya kita”.
Ia menambahkan: “Dari sisi lain, bila Sunni adalah mencintai Muhammad saw dan sunahnya, maka orang-orang Iran juga Ahli Sunah. Apakah orang-orang Iran menentang Nabi Muhammad saw? Tidak! Mereka mengakui Nabi Muhammad saw sebagai Nabi. Mereka mengikuti Sunah Nabi Muhammad saw, berarti mereka adalah Sunni”.
Katanya: “Sebagian orang bertanya kepada kami, apakah Anda mencintai Ali? Kami mengatakan bahwa benar, kami mencintainya. Mereka mengatakan, kalau begitu kalian Syiah. Benar! Seluruh Afrika utara adalah Syiah. Sayangnya, mereka membalikkan masalah yang sebenarnya. Kita harus menyelesaikan permasalahan ini. Sehingga musuh tidak dapat menyalahgunakannya. Kita harus menjegal para pemimpin Arab yang benci dengan Iran dan berusaha untuk selalu menyenangkan Amerika”.
Menurut Qaddafi: “Sebagian pemimpin-pemimpin Arab menunjukkan ketidaksenangannya terhadap Iran. Dan itu dengan tujuan agar Amerika senang. Mereka ikut-ikutan mengatakan Iran memiliki senjata nuklir. Iran melakukan ini dan itu. Orang-orang persi begini dan begitu. Ketika kita bertanya kepada mereka, mengapa kalian bersikap begitu? Jawabannya karena Iran Syiah. Tidak begitu, kami sebagai negara-negara baru di Afrika utara adalah negara-negara Fathimah yang baru. Kami juga Syiah”. Muammar Qaddafi mengatakan: “Kami tidak ingin masuk membicarakan masalah cabang dan perselisihan fiqih. Seorang bisa saja bermazhab Hanafi, Maliki dan mazhab apa saja yang dipilihnya. Setiap orang boleh punya bahasa dan warna kulit tersendiri. Itu tidak penting. Yang paling penting adalah identitas kita jelas Fathimah”.
Sebagai penutup ia berkata: “Tentu ada sebagian orang yang tidak menerima apa yang kami katakan. Karena mereka menginginkan Islam lenyap. Itulah mengapa mereka senantiasa mencari-cari alasan untuk mengobarkan perpecahan antara Syiah dan Sunni. Setiap waktu mereka mengumandangkan dua pembagian ini”.
“Kami harus mengucapkan terima kasih kepada saudara-saudara kami Iran. Kita harus mengucapkan syukur bahwa mereka bergabung dengan Ahlul Bait”, tutupnya.